"IBD GUNDAR"
Masyarakat dan Kebudayaan
1.
Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah
sekelompok orangyang membentuk sebuahsistemsemi tertutup (atau semi terbuka),
dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu
yang berada dalam kelompok tersebut.Kata "masyarakat" sendiri
berakar dari kata dalam bahasa Arab,musyarak . Lebih abstraknya, sebuah masyarakat
adalah suatu jaringanhubungan-hubungan antar entitas-entitas. Yakni ia adalah sebuahkomunitasyang interdependen (saling
tergantung satu sama lain).Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Kemudianmenurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan
sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta
sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian
berinteraksi sesama mereka berdasarkankemaslahatan.
2.
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta
yaitubuddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau
akal)diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.Dalam bahasa
Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia. Adapun menurut Pak Parsudi dalam bukunya“Hubungan Antar Sukubangsa ”
mendefinisikan “Kebudayaan sebagaikeseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yangdigunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan
dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya.Dengan
demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk,
rencana-rencana, dan strategi-strategi yangterdiri atas serangkaian model-model
kognitif yang dipunyai oleh manusia,dan digunakannya secara selektif dalam
menghadapi lingkungannyasebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan
tindakan-tindakannya”.Sementara menurut Paul B. Horton dan C. Hunt
Masyarakatmerupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup
bersama-samadalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah
tertentu,mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan
didalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.J. J Honigmann (dalam
Koenjtaraningrat, 2000) membedakan adanyatiga ‘gejala kebudayaan’ : yaitu :
(1)
ideas
(2)
activitie dan
(3)
artifact
,dan ini diperjelas oleh
Koenjtaraningrat yang mengistilahkannya dengantiga wujud kebudayaan :
a) Wujud kebudayaan sebagai suatu yang
kompleks dari ide-ide,gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya.
b) Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas sertatindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas sertatindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.
Masyarakat
yang Multikultural
Teori
sosiologi klasik biasanyaselalu berfokus pada konflik-konflik sosial yang
muncul di dalammasyarakat yang kurang lebih homogen. Pada 1939 Furnivall
membuatterobosan baru dengan mencoba memahami dinamika dan
problematikamasyarakat plural. Senda dengan pendapat ini adalah apa yang
dikatakan oleh Van den Berghe, “Secara relatif seringkali terjadi
konflik diantarakelompok yang satu dengan kelompok yang lain”.
Masyarakat majemuk terbentuk dari dipersatukannya
masyarakat-masyarakat suku bangsa oleh sistem nasional,yang biasanya dilakukan
secara paksa (by force) menjadisebuah bangsa dalam wadah negara. Sebelum
PerangDunia kedua, masyarakat-masyarakat negara jajahanadalah contoh dari
masyarakat majemuk. Sedangkansetelah Perang Dunia kedua contoh-contoh
darimasyarakat majemuk antara lain, Indonesia, Malaysia,Afrika Selatan, dan
Suriname. Ciri-ciri yang menyolok dankritikal dari masyarakat majemuk adalah
hubungan antarasistem nasional atau pemerintah nasional denganmasyrakat suku
bangsa, dan hubungan di antaramasyarakat suku bangsa yang dipersatukan oleh
sistemnasional. Dalam perspektif hubngan kekuatan, sistemnasional atau
pemerintahan nasional adalah yang dominandan masyarakat-masyarakat suku bangsa
adalahminoritas. Hubungan antara pemerintah nasional denganmasyarakat suku
bangsa dalam masyarakat jajahan selaludiperantarai oleh golongan perantara,
yang posisi ini dihindia Belanda dipegang oleh golongan Cina, Arab,
dan Timur Asing lainnya untuk kepentingan pasar. Sedangkanpara sultan dan
raja atau para bangsawan yang disukungoleh para birokrat (priyayi) digunakan
untuk kepentinganpemerintahan dan penguasaan. Atau dipercayakan kepadapara
bangsawan dan priyayi untuk kelompok-kelompoksuku bangsa yang digolongkan
sebagai terbelakang atauprimitif.Dalam masyarakat majemuk dengan demikian
adaperbedaan-perbedaan sosial, budaya, dan politik yang dikukuhkan
sebagai hukum ataupun sebagai konvensisosial yang membedakan mereka yang
tergolong sebagaidominan yang menjadi lawan dari yang minoritas.
Dalam masyarakat Hindia Belanda, pemerintah nasional
ataupenjajah mempunyai kekutan iliter dan polisi yangdibarengi dengan kekuatan
hukum untuk memaksakankepentingan-kepentingannya, yaitu mengeksploitasisumber
daya alam dan manusia. Dalam struktur hubungankekuatan yang berlaku secara
nasional, dalalm penjajahanhindia Belanda terdapat golongan yang paling
dominanyang berada pada lapisan teratas, yaitu orang Belanda danorang kulit
putih, disusul oleh orang Cina, Arab, dan Timurasing lainnya, dan kemuian yang
terbawah adalah merekayang tergolong pribumi. Mereka yang tergolong
pribumidigolongkan lagi menjadi yang tergolong telah menganlperadaban dan meraka
yang belum mengenal peradabanatau yang masih primitif. Dalam struktur yang
berlakunasional ini terdapat struktur-struktur hubungan
kekuatandominan-minoritas yang bervariasi sesuai konteks-kontekshubungan dan
kepentingan yang berlaku.
Dikatakan bahwa, keberadaan kelompok minoritasselalu dalam
kaitan dan pertentangannya dengan kelompok dominan, yaitu mereka yang menikmati
statussosial tinggi dan sejumlah keistimewaan yang banyak.Mereka ini
mengembangkan seperangkat prasangka terhadap golongan minoritas yang ada
dalammasyarakatnya. Prasangka ini berkembang berdasarkanpada adanya :
a) perasaan superioritas pada mereka
yangtergolong dominan;
b) sebuah perasaan yang secaraintrinsik
ada dalam keyakinan mereka bahwa golongan minoritas yang rendah derajadnya itu
adalah berbeda darimereka dantergolong sebagai orang asing;
c) adanyaklaim pada golongan dominan
bahwa sebagai aksessumber daya yang ada adalah merupakan hak mereka,
dandisertai adanya ketakutan bahwa mereka yang tergolongminoritas dan rendah
derajadnya itu akan mengambilsumberdaya-sumber daya tersebut.
4. DINAMIKA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang gejala-gejala dan
kejadian sosila budaya di masyarakat sebagai proses-proses yang sedan berjalan
atau bergeser kita memrlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangta
perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan serta dalam
sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social
dynamic).
Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi
(internalization) , sosialisasi (socialization), dan enkulturasi
(enculturation). Kemudian ada juga evolusi kebudayaan (cultural evolution) yang
mengamati perkembangan kebudayaan manusia dari bentuk yang sederhana hingga
bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Serta juga ada difusi (diffusion)
yaiu peneybaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan
bangsa-bangsa di muka bumi. Proses lain adalah proses belajar unsur-unsur
kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses akulturasi
(acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pemabahruan
atau inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru
(discovery dan invention).
Proses Belajar Kebudayaan Sendiri
Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri
dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai mavam perasaan, hasrat, nafsu, serta
emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi
oleh berbagai macam stimuli yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan
budayanya.
Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses
panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia
belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta
emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
Proses sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yag menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti “pembudayaan”. Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.
Proses sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya yag menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti “pembudayaan”. Sorang individu dalam hidupnya juga sering meniru dan membudayakan berbagai macam tindakan setelah perasaan dan nilai budaya yang memberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasi dalam kepribadiannya.
Proses evolusi Sosial
Proses
Microscopic dan Macroscopic Dalam Evolusi Sosial. Proses evolusi dari suatu
masyarakat
dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat
secar detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan
memperhatiakn perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi
sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti
untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan
sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya. Proses
ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkunagn atau suata adat dimana
aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya
aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Namun pada suatu ketika
dan sering terjadi aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam
kehidupan sehari-hari disetiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak
bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan
penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyrakat terpaksa memberi konsesinya,
dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari
indibidu-individu didalam masyarakat.
Proses Mengarah dalam Evokusi
Kebudayaan.
Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan
terlihat prubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah
(dirctional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang
bersangkutan. Sebagai contoh misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal
dari Neolitik, kemudian berubah menjadi Mesoltk dan akhirnya berubah menuju
Paleolitik.
Proses Difusi.
Peneyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan
bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang
makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat
diterangkan dengan dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau
migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adpatsi fisik dan sosial budaya.
Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan.
Bersamaan dengan penyebaran dan
migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur
kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur penyebaran kebudayaan
seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk
difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga
tanpaadanaya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa
unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.
Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi.
Akulturasi. Poses sosial yang timbul bila suatu kelompok
manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing tersebut lambat laun diterima dan dioalh kedalm kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Asimilasi. Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.
Asimilasi. Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.
Pembaruan atau Inovasi
Inovasi dan Penemuan. Inovasi adalah suatu proses pembaruan
dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari
tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya
sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat
kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu
discovery dan invention.
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan
yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu
atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan.
Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima,
dan menerapkan penemuan baru itu.
Pendorong Penemuan Baru. Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru anatar lain :
1. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
3. Sistem perangsang bagi aktivitas mencpta dalam masyarakat.
5. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN INDONESIA
Dinamika sosial dan kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda
masyarakat Indonesia, walaupun luas spektrum dan kecepatannya berbeda-beda.
Demikian pula masyarakat dan kebudayaan Indonesia pernah berkembang dengan
pesatnya di masa lampau, walaupun perkembangannya dewasa ini agak tertinggal
apabila dibandingkan dengan perkembangan di negeri maju lainnya. Betapapun, masyarakat
dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu tidak pernah mengalami
kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat terhadap tantangan
yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas maupun pergantian
generasi.
Ada sejumlah kekuatan yang mendorong terjadinya perkembangan
sosial budaya masyarakat Indonesia. Secara kategorikal ada 2 kekuatan yang
mmicu perubahan sosial, Petama, adalah kekuatan dari dalam masyarakat sendiri
(internal factor), seperti pergantian generasi dan berbagai penemuan dan
rekayasa setempat. Kedua, adalah kekuatan dari luar masyarakat (external
factor), seperti pengaruh kontak-kontak antar budaya (culture contact) secara
langsung maupun persebaran (unsur) kebudayaan serta perubahan lingkungan hidup
yang pada gilirannya dapat memacu perkembangan sosial dan kebudayaan masyarakat
yang harus menata kembali kehidupan mereka .
Betapapun cepat atau lambatnya perkembangan sosial budaya
yang melanda, dan factor apapun penyebabnya, setiap perubahan yang terjadi akan
menimbulkan reaksi pro dan kontra terhadap masyarakat atau bangsa yang
bersangkutan. Besar kecilnya reaksi pro dan kontra itu dapat mengancam
kemapanan dan bahkan dapat pula menimbulkan disintegrasi sosial terutama dalam
masyarakat majemuk dengan multi kultur seperti Indonesia.
6. PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEBUDAYAAN
DEWASA INI
Masyarakat Indonesia dewasa ini sedang mengalami masa
pancaroba yang amat dahsyat sebagai akibat tuntutan reformasi secara
menyeluruh. Sedang tuntutan reformasi itu berpangkal pada kegiatan pembangunan
nasional yang menerapkan teknologi maju untuk mempercepat pelaksanaannya. Di
lain pihak, tanpa disadari, penerapan teknologi maju itu menuntut acuan
nilai-nilai budaya, norma-norma sosial dan orientasi baru. Tidaklah mengherankan
apabila masyarakat Indonesia yang majemuk dengan multi kulturalnya itu
seolah-olah mengalami kelimbungan dalam menata kembali tatanan sosial, politik
dan kebudayaan dewasa ini.
Penerapan
teknologi maju
Penerapan teknologi maju untuk mempercepat pebangunan
nasional selama 32 tahun yang lalu telah menuntut pengembangan perangkat nilai
budaya, norma sosial disamping ketrampilan dan keahlian tenagakerja dengn sikap
mental yang mendukungnya. Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya itu
memerlukan penanaman modal yang besar (intensive capital investment); Modal
yang besar itu harus dikelola secara professional (management) agar dapat
mendatangkan keuntungan materi seoptimal mungkin; Karena itu juga memerlukan
tenagakerja yang berketrampilan dan professional dengan orientasi senantiasa
mengejar keberhasilan (achievement orientation).
Tanpa disadari, kenyataan tersebut, telah memacu
perkembangan tatanan sosial di segenap sector kehidupan yang pada gilirannya telah
menimbulkan berbagai reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dalam proses
perkembangan sosial budaya itu, biasanya hanya mereka yang mempunyai berbagai
keunggulan sosial-politik, ekonomi dan teknologi yang akan keluar sebagai
pemenang dalam persaingan bebas. Akibatnya mereka yang tidak siap akan tergusur
dan semakin terpuruk hidupnya, dan memperlebar serta memperdalam kesenjangan
sosial yang pada gilirannya dapat menimbulkan kecemburuan sosial yang
memperbesar potensi konflik sosial.dalam masyarakat majemuk dengan multi
kulturnya.
Keterbatasan
lingkungan (environment scarcity)
Penerapan teknologi maju yang mahal biayanya cenderung
bersifat exploitative dan expansif dalam pelaksanaannya. Untuk mengejar
keuntungan materi seoptimal mungkin, mesin-mesin berat yang mahal harganya dan
beaya perawatannya, mendorong pengusaha untuk menggunakannya secara intensif
tanpa mengenal waktu. Pembabatan dhutan secara besar-besaran tanpa mengenal
waktu siang dan malam, demikian juga mesin pabrik harus bekerja terus menerus
dan mengoah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap di lempar ke pasar.
Pemenuhan bahan mentah yang diperlukan telah menimbulkan tekanan pada
lingkungan yang pada gilirannya mengancam kehidupan penduduk yang dilahirkan,
dibesarkan dan mengembangkan kehidupan di lingkungan yang di explotasi secara
besar-besaran.
Di samping itu penerapan teknologi maju juga cenderung tidak
mengenal batas lingkungan geografik, sosial dan kebudayaan maupun politik. Di
mana ada sumber daya alam yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan industri
yang ditopang dengan peralatan modern, kesana pula mesin-mesin modern
didatangkan dan digunakan tanpa memperhatikan kearifan lingkungan (ecological
wisdom) penduduk setempat.
Ketimpangan sosial-budaya antar penduduk pedesaan dan
perkotaan ini pada gilirannya juga menjadi salah satu pemicu perkembangan
norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang befungsi sebagai pedoman dan
kerangka acuan penduduk perdesaan yang harus nmampu memperluas jaringan sosial
secara menguntungkan. Apa yang seringkali dilupakan orang adalah lumpuhnya
pranata sosial lama sehingga penduduk seolah-olahkehilangan pedoman dalam
melakukan kegiatan. Kalaupun pranata sosial itu masih ada, namun tidak
berfungsi lagi dalam menata kehidupan pendudduk sehari-hari. Seolah-olah terah
terjadi kelumpuhan sosial seperti kasus lumpur panas Sidoarjo, pembalakan liar
oleh orang kota, penyitaan kayu tebangan tanpa alas an hokum yang jelas,
penguasaan lahan oleh mereka yang tidak berhak. Kelumpuhan sosial itu telah
menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan dan berlanjut dengan pertikaian
yang disertai kekerasan ataupun amuk.
Referensi
terima kasih infonya
BalasHapuskenalkan nama saya tia monika ISB Atmaluhur
Artikel yang menarik, jangan lupa kunjungi website kami juga
BalasHapusVisit Us
thanks for the article
BalasHapus